MAKALAH PERISTIWA G30S / PKI
PERISTIWA G 30 S / PKI PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN
Disusun oleh : Fachri aji lazuardi
Nabila syafa M
Vinanda gunawan p
Alicia tivany H
Pembimbing : bu lilik
SMP PGRI 1 BUDURAN
Jl. Siwalanpanji No.3 buduran,Sidoarjo Telp / Fax. 031-8961321
Tahun 2014
LEMBAR PENGESAHAN Makalah berjudul “PERISTIWA G 30 S / PKI PADA
MASA DEMOKRASI TERPIMPIN” di susun oleh Fachri aji lazuardi , Nabila syafa m ,
vinanda gunawan P , Alicia tivany H SMP
PGRI 1 BUDURAN
KATA PENGANTAR Puji
syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmad, taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat
menyusun karya tulis yang berjudul “PERISTIWA G 30 S / PKI PADA MASA DEMOKRASI
TERPIMPIN” Karya tulis ini disusun dalam rangka memenuhi tugas sejarah tahun
ajaran 2014/2015. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami bermaksud
mengucapkan terima kasih kepada :
1. BU Lilik selaku guru mata pelajaran sejarah. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk
mengevaluasi karya tulis ini. Kami berharap semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat untuk semuanya. Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
i LEMBAR PENGESAHAN
ii KATA PENGANTAR
iii DAFTAR ISI
iv BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang 1
B Rumusan Masalah 1
C Tujuan Penelitian 1
BAB II PERISTIWA
A Peristiwa G 30 S / PKI 1965 2
BAB III PELAKSANAAN GERAKAN
A Pelaksanaan G 30 S 1965 3 BAB
IV PENUMPASAN
A Penumpasan G 30 S 1965 4
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan 5
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah
partai politik di Indonesia yang berideologi komunis. Dalam sejarahnya, PKI
pernah berusaha melakukan pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda
pada 1926, mendalangi pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948, serta dituduh
membunuh 6 jenderal TNI AD di Jakarta pada tanggal 30 September 1965 yang di
kenal dengan peristiwa G30S/PKI. Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah partai
politik di Indonesia yang berideologi komunis. Dalam sejarahnya, PKI pernah
berusaha melakukan pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda pada 1926,
mendalangi pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948, serta dituduh membunuh 6
jenderal TNI AD di Jakarta pada tanggal 30 September 1965 yang di kenal dengan
peristiwa G30S/PKI.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
proses pelaksanaan G 30 S?
2. Bagaimana
proses penumpasan G 30 S?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui
proses pelaksanaan G 30 S dan proses penumpasan G 30 S.
2. Untuk
menambah pengetahuan dan wawasan para siswa yang kurang tahu tentang G 30
S.
BAB II
PERISTIWA II.
PERISTIWA G 30 S Pada awalnya PKI adalah gerakan yang
berasimilasi ke dalam Sarekat Islam. Keadaan yang semakin parah dimana ada
perselisihan antara para anggotanya, terutama di Semarang dan Yogyakarta
membuat Sarekat Islam melaksanakan disiplin partai. Yakni melarang anggotanya
mendapat gelar ganda di kancah perjuangan pergerakan indonesia. Keputusan
tersebut tentu saja membuat para anggota yang beraliran komunis kesal dan
keluar dari partai dan membentuk partai baru yang disebut ISDV. Pada Kongres
ISDV di Semarang (Mei 1920), nama organisasi ini diubah menjadi Perserikatan
Komunis di Hindia. Semaoen diangkat sebagai ketua partai. PKH adalah partai
komunis pertama di Asia yang menjadi bagian dari Komunis Internasional. Henk
Sneevliet mewakili partai ini pada kongresnya kedua Komunis Internasional pada
1920. Pada 1924 nama partai ini sekali lagi diubah, kali ini adalah menjadi
Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada 1950, PKI memulai kembali kegiatan
penerbitannya, dengan organ-organ utamanya yaitu Harian Rakjat dan Bintang
Merah. Pada 1950-an, PKI mengambil posisi sebagai partai nasionalis di bawah
pimpinan D.N. Aidit, dan mendukung kebijakan-kebijakan anti kolonialis dan anti
Barat yang diambil oleh Presiden Soekarno. Aidit dan kelompok di sekitarnya,
termasuk pemimpin-pemimpin muda seperti Sudisman, Lukman, Njoto dan Sakirman,
menguasai pimpinan partai pada 1951. Pada saat itu, tak satupun di antara
mereka yang berusia lebih dari 30 tahun. Di bawah Aidit, PKI berkembang dengan
sangat cepat, dari sekitar 3.000-5.000 anggota pada 1950, menjadi 165 000 pada
1954 dan bahkan 1,5 juta pada 1959 [4] Pada Agustus 1951, PKI memimpin
serangkaian pemogokan militan, yang diikuti oleh tindakan-tindakan tegas
terhadap PKI di Medan dan Jakarta. Akibatnya, para pemimpin PKI kembali
bergerak di bawah tanah untuk sementara waktu.
BAB III
PELAKSANAAN GERAKAN III.
PELAKSANAAN GERAKAN G 30 S PKI 1965 Pada 1 Oktober 1965 dini
hari, enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya
kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap
loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol. Untung. Panglima
Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto kemudian mengadakan
penumpasan terhadap gerakan tersebut.Tahunya Aidit akan jenis sakitnya Sukarno
membuktikan bahwa hal tersebut sengaja dihembuskan PKI untuk memicu
ketidakpastian di masyarakat. Pada tahun 1960 keluarlah Undang-Undang Pokok
Agraria (UU Pokok Agraria) dan Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UU Bagi Hasil)
yang sebenarnya merupakan kelanjutan dari Panitia Agraria yang dibentuk pada
tahun 1948. Panitia Agraria yang menghasilkan UUPA terdiri dari wakil
pemerintah dan wakil berbagai ormas tani yang mencerminkan 10 kekuatan partai
politik pada masa itu. Walaupun undang-undangnya sudah ada namun pelaksanaan di
daerah tidak jalan sehingga menimbulkan gesekan antara para petani penggarap
dengan pihak pemilik tanah yang takut terkena UUPA, melibatkan sebagian massa
pengikutnya dengan melibatkan backing aparat keamanan. Peristiwa yang menonjol
dalam rangka ini antara lain peristiwa Bandar Betsi di Sumatera Utara dan
peristiwa di Klaten yang disebut sebagai ‘aksi sepihak’ dan kemudian digunakan
sebagai dalih oleh militer untuk membersihkannya. Keributan antara PKI dan
islam (tidak hanya NU, tapi juga dengan Persis dan Muhammadiya) itu pada
dasarnya terjadi di hampir semua tempat di Indonesia, di Jawa Barat, Jawa
Timur, dan di propinsi-propinsi lain juga terjadi hal demikian, PKI di beberapa
tempat bahkan sudah mengancam kyai-kyai bahwa mereka akan disembelih setelah
tanggal 30 September 1965 (hal ini membuktikan bahwa seluruh elemen PKI
mengetahui rencana kudeta 30 September tersebut).
BAB IV
PENUMPASAN IV.
PENUMPASAN G 30 S / PKI 1965 Dalam bulan-bulan setelah peristiwa
ini, semua anggota dan pendukung PKI, atau mereka yang dianggap sebagai anggota
dan simpatisan PKI, semua partai kelas buruh yang diketahui dan ratusan ribu
pekerja dan petani Indonesia yang lain dibunuh atau dimasukkan ke kamp-kamp
tahanan untuk disiksa dan diinterogasi. Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di
Jawa Tengah (bulan Oktober), Jawa Timur (bulan November) dan Bali (bulan
Desember). Berapa jumlah orang yang dibantai tidak diketahui dengan persis -
perkiraan yang konservatif menyebutkan 500.000 orang, sementara perkiraan lain
menyebut dua sampai tiga juga orang. Namun diduga setidak-tidaknya satu juta
orang menjadi korban dalam bencana enam bulan yang mengikuti kudeta itu.
Dihasut dan dibantu oleh tentara, kelompok-kelompok pemuda dari
organisasi-organisasi muslim sayap-kanan seperti barisan Ansor NU dan Tameng
Marhaenis PNI melakukan pembunuhan-pembunuhan massal, terutama di Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Ada laporan-laporan bahwa Sungai Brantas di dekat Surabaya
menjadi penuh mayat-mayat sampai di tempat-tempat tertentu sungai itu
"terbendung mayat". Pada akhir 1965, antara 500.000 dan satu juta
anggota-anggota dan pendukung-pendukung PKI telah menjadi korban pembunuhan dan
ratusan ribu lainnya dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi, tanpa adanya
perlawanan sama sekali. Sewaktu regu-regu militer yang didukung dana CIA
menangkapi semua anggota dan pendukung PKI yang terketahui dan melakukan
pembantaian keji.
BAB V
PENUTUP V.
Kesimpulan: Tragedi G 30 S telah terjadi lebih dari 30
tahun. Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari
Peringatan Gerakan 30 September. Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai
Hari Kesaktian Pancasila. Pada masa pemerintahan Soeharto, biasanya sebuah film
mengenai kejadian tersebut juga ditayangkan di seluruh stasiun televisi di
Indonesia setiap tahun pada tanggal 30 September. Selain itu pada masa Soeharto
biasanya dilakukan upacara bendera di Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya
dan dilanjutkan dengan tabur bunga di makam para pahlawan revolusi di TMP
Kalibata. Namun sejak era Reformasi bergulir, film itu sudah tidak ditayangkan
lagi dan hanya tradisi tabur bunga yang dilanjutkan.
DAFTAR PUSTAKA
Lorimer, Lomren. 1999. Negara dan Bangsa, Jakarta: Widya
Dana M.C, Rickles. 1999. Sejarah Modern Indonesia, Yogyakarta: Gajah Mada
University
Drs. C.T.R.Kansil,SH. 1992. Pendidikan Sejarah Perjuangan
Bangsa. Jakarta :Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar